Dilema Transportasi Online Mematikan Ekonomi Rakyat



Kota Ngalam atau bisa kita sebut Malang merupakan salah satu kota di wilayah Jawa Timur yang memiliki bebrapa budaya seperti kosakata maupun Bahasa kalimatnyapun dari unsur kiwalan (terbalik) yang bersumber dari Bahasa Jawa yang dibalik bagi masyarakat Kota Malang, contoh (sabi/bisa, rek/ker). `

Kota Malang yang merupakan kota pendidikan dengan banyaknya mahasiswa maupum mahasiswi yang begitu banyak Universitas yang tersebar di kota malang khususnya Universitas terkenal seperti Universitas Brawijaya dan SMP/MTS yang terkenal di Malang sehingga banyaknya penduduk dari kota Malang maupun luar kota yang merantau ke malang untuk memperdalam ilmu itu sendiri. Dengan banyaknya pendatang khususnya mahasiswa maupun mahasiswi Kota Malang pun menjadi ramai penduduknya tidak di ungkiri Kota malang menjadi macet setiap harinya dikarenakan banyaknya aktivitas penduduk kota malang dari pagi hingga sore hari. Kemacetan di sepanjang jalan pada waktu anak sekolah maupun para pekerja di sore hari bukan menjadi hal biasa lagi bagi kota Malang dengan jumlah penduduk yang semakin bertamah sebanyak 834.000 jiwa pada tahun 2012 (Sumber Badan Pusat Statistik).




Dengan bertambahnya jumlah penduduk tetapi tidak seimbang dengan jumlah kendaraan pribadi yang sebesar 94.373.324 juta kendaraan pribadi, tentu hal ini akan mengakibatkan kota Malang menjadi macet di berbagai titik seperti Jembatan Soekarno Hatta yang setiap harinya macet Karena banyak mahasiswa mahasiswi dan para pekerja yang telah pulang pada sore hari yang berakibat kemacetan di sana hingga pukul 17.30.



Dengan seiringnya perkembangan zaman banyak Ojek Konvesional yang beralih menjadi Ojek Online, dengan adanya ojek online banyak user atau pengguna yang puas akan hal itu dikarenakan pengguna jasa ojek online tersebut dengan mudahnya memanggil ojek dengan cara menggunakan teknologi smart phone, dengan begitu pengguna tidak perlu lagi mencari ojek seperti dulunya dengan susah payah dan juga harga relative lebih murah berbanding terbalik dengan ojek konvesional dengan harga yang relative mahal, factor pelayanan juga lebih nyaman disbanding ojek konvesional maka banyak pengguna yang beralih dari yang konvesional ke jasa ojek online.




Akan tetapi banyak juga yang menolak adanya kehadiran Ojek Online tersebut, alasannya antara lain banyak anggkutan umum dan ojek konvesional yang dirugikan dengan adanya ojek online tersebut, Karena adanya ojek online banyak anggkutan umum yang berpendapat akan mematikan sumber penghasilan mereka, dan banyak juga yang menggelar aksi demo Karena takut akan disaingi oleh jasa transportasi online. Dibalik peristiwa tersebut banyak juga yang menyesalkan akan hal itu di pihak jasa online, mereka mencari peruntungan dengan beralih ke jasa online akan tetapi apabila jasa online dimatikan mereka akan beralih ke konvensional yang sebelumnya dapat lebih dari jasa online tersebut serta mematikan ekonomi jasa online tersebut apabila di stop oleh pemerintah.

Dengan pertumbuhan yang cepat seharusnya kita sebagai masyarakat harus menerima akan pertumbuhan teknologi tersebut bukan mematikan dan sebagai pekerja dari anggkutan umum harus menerima perbedaan itu dan  bersaing secara sehat dalam hal mencari rezeki.  
  

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kontribusi Mahasiswa Sebagai AGENT OF CHANGE Untuk Menyikapi Kebijakan - Kebijakan Pemerintah

Peran Pemerintah dan Akademisi dalam Menjalankan Pembangunan Berkelanjutan SDGs (Sustainable Development Goals)

Pengabdian UB FOREST Perekonomian Indonesia